Rabu, 20 April 2011


ACUAN KERJA PEMBUKAAN (AKP)
BALAI PENGOBATAN ALAMI  (BPA)
"BHAKTI NUSANTARA (BN)
(Di Berbagai Daerah di Indonesia dan di Luar Negeri)

I.        PENJELASAN AWAL

Di era sekarang, berprofesi menjadi Penghusodo Alami (PA)  adalah salah satu solusi sangat bagus. Beberapa keuntungan menjadi Penghusodo Alami (PA)  adalah, antara lain :

a.      Memelihara budaya adiluhung warisan luhur, khususnya metode pengobatan alami, sekaligus mengembangkan sistem tersebut untuk dipelihara dan dikembangkan bersama.

b.      Menanamkan kesadaran bahwa dalam kehidupan masih sangat banyak warisan adiluhung (khususnya sistem pengobatan alami) yang belum tergali. Tugas kitalah, saat ini dan yang akan datang, yang harus berupaya keras menggali warisan adiluhung tersebut. 

c.       Dengan berprofesi sebagai  Penghusodo Alami (PA)  maka akan dihormati / disegani siapapun, akan “dituakan” (sebagai “tokoh / pinisepuh”) di masyarakat, makin percaya diri (PD), tidak diremehkan siapapun, hidup menjadi lebih jelas / tenang / punya visi mantap, hidup makin berarti, akan makin kuat iman – takwa / dekat pada-Nya dan lain sebagainya.


d. Pemanfaatan peluang usaha baru yang sangat prospek, yakni dengan menjadi Penghusodo Alami (PA) . Berkait dengan “peluang usaha baru” tersebut, maka seorang Penghusodo Alami (PA)  otomatis akan mendapatkan “rejeki halal” dari profesi luhur tersebut (asal dilakukan dengan jujur dan tidak “semata-mata mengkomersial-kan” profesinya tersebut).

e.      Dengan memiliki (dan menguasai) sistem pengobatan alami, diharapkan membuka kesadaran baru bahwa Allah ternyata amat dekat dengan manusia, melalui anugerah-Nya melimpahkan lautan energi di sekitar manusia. Dan energi-energi  tersebut amat berguna untuk pengobatan (penyembuhan) berbagai penyakit.



Hingga sekarang, Bhakti Nusantara (BN) telah “mencetak” dan melahirkan ribuan tenaga-tenaga ahli pengobatan alami,  yang saat ini tersebar di dalam negeri dan luar negeri. Gemblengan untuk menjadi juru sembuh (ahli pengobatan alami   ) ini, hingga sekarang masih banyak diminati sebagian besar masyarakat. Hal itu wajar mengingat jenis pengobatan alami merupakan “nenek moyang” dari pengobatan medis yang pada masa ini mengalami perkembangan  cukup luar biasa dengan berbagai sarana penunjangnya. Namun begitu, karena  pengobatan medis tidak sepenuhnya “menyentuh sumber penyakit”, maka, pengobatan alami tetap memegang peranannya sebagai bentuk penanganan berbagai sumber penyakit fisik. Kita harus mengetahui, bahwa sumber berbagai penyakit fisik adalah karena faktor non-fisik atau psikis atau batin.

BN semula memiliki nama lengkap LEMBAGA SENI MEDITASI, PERNAPASAN DAN TENAGA DALAM (disingkat LSMPTD) BHAKTI NUSANTARA (BN),  di mana, lembaga spiritual ini sempat “mendewakan” berbagai ilmu kanuragan, katosan, kesaktian dan kadigdayaan, seperti kekuatan / kekebalan tubuh, tahan pukul, pukulan mematikan, jurus kontak (hadiran),  dan berbagai ilmu “kesaktian / kanuragan” lain.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, terjadi pergeseran VISI SPIRITUAL, yakni  BN tidak lagi bervisi pada kejadukan atau katosan, kadigdayan dan sejenisnya,  melainkan lebih cenderung pada  visi yang lebih lembut yaitu visi ILMU HIKMAH. Pergeseran visi ini, merubah nama BN menjadi PADEPOKAN ILMU HIKMAH SEJATI (PIHTI) BHAKTI NUSANTARA.

Dengan visi ini, maka BN lebih memfokuskan pada pengutamaan sistem / teknik olah pernapasan, senam dan atau gerakan-gerakan / jurus-jurus khusus yang disertai doa-doa khusus dan berbagai “ilmu-ilmu ” lain yang ditujukan untuk lebih mendekatkan diri pada Allah. Kemudian, dari visi  ”Ilmu Hikmah” tersebut, berlanjut pada tataran yang lebih baik dan “halus” lagi yaitu VISI JATI DIRI. Perubahan ini membuat BN berubah namanya menjadi : PUSAT PENGGALIAN JATI DIRI (PUSPA JATI) BHAKTI NUSANTARA (BN).

Pada  VISI JATI DIRI ini, maka dilakukanlah penggalian-penggalian berbagai piranti dasar / halus (software) dalam TEKNOLOGI SPIRITUAL. Konsep Jati Diri (JADI) ini, merupakan bahan baku terpenting dalam upaya  mencari dan menemukan “aku-sejati” (aku sebagai manusia) alias jati diri dan “AKU-SEJATI” (ALLAH), melalui olah “rasa”, ilmu-ilmu spiritual,  jembatan “hakekat” dan lain-lain, yang diupayakan menghantarkan  manusia pada perjalanan untuk menemukan dan  membangun serta memperkuat jati diri. Sehingga pada akhirnya, tujuan hidup (sangkan paraning dumadi) manusia untuk  kembali “bersatu” / “manunggal” dengan  Tuhan akan tercapai.

Ini selaras dengan ungkapan : “Siapa mengenal dirinya, maka ia pasti akan mengenal Tuhannya”. Dari konsep spiritual tersebut, maka akan tempatkan manusia sebagai “khalifah” alias pemimpin di muka bumi dan diharapkan membawa “rahmatan lil ‘alamin” bagi para penghuni bumi, yang berderivasi tempatkan manusia eksis di 3 keseimbangan, yaitu :

  • Keseimbangan ke diri sendiri (ke “dalam”) atau “menemukan Guru Sejati”.
  • Keseimbangan diri ke sesama dan alam lingkungan sekitar (sistem yang ada) atau hablu minan-naas.
  •   Keseimbangan diri ke Tuhan atau hablu minallaah.

Dengan demikian, olah jati diri merupakan upaya tindakan nyata kita sebagai manusia untuk melakukan berbagai upaya penyembuhan, yakni melakukan 3 penyembuhan sekaligus, yaitu :

  •   Diri sendiri yang sembuh.
  •   Hubungan diri sendiri dengan sesama / lingkungan yang sembuh.
  •   Hubungan diri dengan Tuhan yang sembuh.

Jelasnya, kita sebagai manusia harus sembuh jiwa-raganya, plus harus sembuh dalam berinteraksi dengan sesama dan lingkungan, juga harus sembuh dalam berkomunikasi, berinteraksi dan “ber-manunggal” dengan Allah.

Selama ini, kita terninabobokan oleh pemahaman yang keliru tentang penyakit. Penyakit bukan hanya sekedar seseorang terkena luka korengan, diare, amandel, ginjal, kanker dan berbagai penyakit lain. Penyakit-penyakit tersebut bukan an sich karena sebab fisik, melainkan bisa disebabkan oleh karena alasan non-fisik  atau psikis, bahkan spiritual.

Bahwa suatu penyakit yang menyerang tubuh, merupakan “buah” dari ketidakseimbangan energi dalam tubuh. Seseorang yang mengalami penderitaan / tekanan / goncangan batin, dipastikan akan berlanjut pada gangguan sistem metabolisme tubuhnya. Bila sistem keseimbangan tersebut terganggu, maka psikis yang bersangkutan pasti terganggu pula. Bila psikis seseorang terganggu, maka sistem kekebalan / daya tahan tubuh pasti akan melemah. Bila kekebalan tubuh melemah, maka dipastikan, berbagai bakter / virus akan mudah menyerang tubuh orang tersebut. Sebagian kalangan penyembuh “formal”, cenderung hanya menggali dari sisi fisik-luarnya saja, sehingga sistem penyembuhan-pun menjadi tidak konprehensif. Jadi dapat dikatakan, wajar jika penanganan yang mereka lakukan terhadap penyakit tersebut, tidak sepenuhnya “menyentuh” akar suatu penyakit.

Meski demikian, sebagai pelaku pengobatan alami, kita harus mengakui peranan sistem pengobatan medis (formal) sebagai bentuk pengobatan yang baik pula. Karenanya tidak semua penyakit selalu diupayakan diobati dengan sistem pengobatan alami. Secara bijak, prosedur medis tetap diupayakan sebagai upaya pengobatan standar.

Upaya penyeimbangan energi tubuh dalam sistem pengobatan alami bisa tercermin dari penanganan yang menggunakan herbal / ramuan alami, pendayagunaan  ruqyah, sistem olah napas / senam / meditasi / kundalini / reiki / prana / “tenaga dalam” dan lain sebagainya, untuk upaya penyembuhan berbgai penyakit.

Meyakini  pengobatan alami sebagai sistem ilmiah dan Ilahiah,   sesungguhnya tidak mengada-ada. Banyak software keilmuan yang mendukungnya, yakni dengan banyaknya  penemuan dan penelitian ilmiah yang mendukung teori bahwa seluruh sumber penyakit berpangkal dari stres. Stres adalah wujud nyata tidak seimbangnya energi tubuh. Stres merupakan cikal-bakal seseorang menjadi sulit tidur, sulit makan dan berbagai kesulitan lain yang semua adalah pengundang berbagai penyakit.

Contoh, dari stres akan timbulkan sulit makan. Dari sulit makan tersebut, penderita akan terserang maag. Dari sulitnya tidur, maka kehidupan akan menjadi kacau, bingung, gelisah dan tidak tenang. Dari gangguan psikis tersebut,  akan memunculkan berbagai gangguan, antara lain, gangguan lever, jantung, paru-paru, pencernaan, ginjal, kelainan kelenjar, disfungsi seksual dan berbagai penyakit lainnya.

Dari jabaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sumber penyakit fisik berasal dari non-fisik (psikis / batin). Artinya, psikis / batin seseorang secara energi tubuh, tidak seimbang. Bila ini muncul, maka solusi terbaiknya adalah upaya menyeimbangkan, menyembuhkan  dan “membersihkan” energi dalam tubuh, yang bisa diperoleh melalui, antara lain dengan : ruqyah, olah pernapasan, meditasi, reiki dan lain-lain.

Penemuan alat untuk memotret aura (sinar yang melingkungi tubuh), yang kondang disebut FOTO KIRLIAN, adalah salah satu pendukung otentik, bahwa sistem pengobatan alternatif memang tidak mengada-ada. Dari pemotretan ini, aura seseorang bisa tervisualkan dengan jelas, apakah  kuat, lemah, redup atau kusam.

Foto kirlian mampu membedakan energi orang yang tenang/ rileks dan energi seseorang yang marah atau dilanda asmara. Foto tersebut mampu mengabadikan energi seseorang yang sedang memancarkan energi penyembuhan pada orang lain. Bahwa foto tersebut  mampu memotret penyakit eterik (non-fisik) pada sebuah daun. Penyakit eterik daun tersebut ternyata mendahului sakit (secara) fisik daun.

Penelitian lain membuktikan bahwa stres juga menular. Hal ini sesuai dengan pendapat ahli, bahwa di sekitar kita adalah lautan energi. Energi tersebut sangat radiatif. Penularan “energi” stres kepada orang lain itu adalah bukti bahwa energi berbagai benda (dan tubuh manusia) secara eterik, adalah saling berkait dan saling “mengisi”. Konsep ini terdukung sepenuhnya oleh sabda Nabi : “Carilah teman bicara dan duduk yang baik bagimu”. Terdapat anjuran banyak orang tua, agar kita memilih teman bergaul yang baik. Sebab, pribadi seseorang banyak dibentuk oleh para sahabat/ koleganya. Inilah pandangan yang mendukung pendapat bahwa energi memang sangat radiatif dan menular dengan sangat halus dan lembut. Dalam sistem pengobatan alami , keyakinan pada adanya energi hidup (bioplasmik, biolistrik, bielektromanetik) di sekitar manusia, memang harus dipegang kuat. Seorang ahli pengobatan alami harus meyakini power energi ini, dan dapat mendayagunakannya untuk berkiprah mengobati orang lain.

Sistem pengobatan alami   sesungguhnya telah lama digunakan ribuan tahun sebelum Masehi. Di era para nabi, terutama zaman Nabi Sulaiman AS, adalah masa kejayaan sistem pengobatan alami (ruqyah/ ramuan herbal / meditasi, dll) ini. Oleh perjalanan waktu dan sejarah, seirama dengan perkembangan peradaban intelektual manusia, maka tersusunlah pengobatan “medis”,  yang “mendewakan” rasio (kekuatan pikir) yang sedikit “naïf”.

“Kenaifannya”, para ahli medis tersebut hanya meyakini bahwa penyembuhan penyakit hanya bisa diobati dengan pengobatan “fisik”. Olehnya,  pengobatan alami  melalui herbal / ramuan alami, ruqyah / spiritual menjadi sistem terapi “nomor dua”.

Namun kemudian di era sekarang, sejarah memantul dan memunculkan keyakinan baru bahwa sistem pengobatan alami (ruqyah/ meditasi/ spiritual yang dipadukan dengan herbal / ramuan alami) adalah suatu solusi pengobatan yang bisa datangkan penyembuhan.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar